Kendaraan listrik (EV) berada dalam fase perkembangan yang menarik. Meskipun jantungnya, baterai lithium-ion, telah mengalami penurunan harga yang signifikan, EV secara keseluruhan tetap mahal. Mari kita telusuri mengapa hal ini terjadi.
Satu dekade yang lalu, biaya rata-rata baterai lithium-ion adalah $780 per kilowatt-jam. Pada tahun 2023, harga ini telah anjlok ke rekor terendah $139/kWh, menurut Bloomberg New Energy Foundation (BNEF).
Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan produksi dan bahan baku yang lebih murah. Namun, terlepas dari penurunan biaya ini, mobil listrik belum menjadi lebih terjangkau secara signifikan bagi konsumen pada umumnya. Mengapa?
Pertama, penurunan biaya baterai tidak langsung diterjemahkan ke dalam harga mobil listrik yang lebih murah.
Memproduksi mobil listrik adalah proses yang padat modal, dengan banyak biaya di luar biaya baterai. Bahkan dengan baterai yang lebih murah, produsen mobil masih menghadapi biaya produksi yang tinggi.
Kedua, pasar mobil listrik belum berkembang secepat yang diperkirakan. Pertumbuhan yang lebih lambat ini berarti bahwa investasi yang tinggi dalam produksi mobil listrik belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan, sehingga menyebabkan harga yang lebih tinggi bagi konsumen.
Misalnya, pada tahun 2022, harga baterai sempat naik sebentar karena ketidaksesuaian antara penawaran dan permintaan.
Selain itu, produsen mobil berhati-hati dalam mentransfer pengurangan biaya kepada konsumen. Merek-merek seperti General Motors dan Ford telah menghadapi penundaan dalam peluncuran EV mereka karena kondisi pasar dan kebutuhan akan peningkatan teknologi.
Hal ini mengindikasikan masalah yang lebih besar: industri mobil listrik masih mencari pijakan di pasar yang kompetitif dan terus berkembang.
Namun, ada hikmahnya. Amerika Utara berkembang pesat sebagai pusat manufaktur baterai, didukung oleh dukungan pemerintah.
Dengan peningkatan produksi dalam negeri dan investasi dalam teknologi baterai, masa depan terlihat menjanjikan. [seoTama]