Meskipun perusahaan mengklaim bahwa ini adalah langkah keamanan untuk melindungi masyarakat setempat, para skeptis mempertanyakan apakah ini merupakan tindakan penyensoran, atau kepatuhan terhadap kepentingan militer.
Baik Google maupun Apple mengonfirmasi bahwa penonaktifan ini merupakan respons terhadap invasi darat yang diantisipasi oleh militer Israel ke Gaza.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dilaporkan telah meminta perusahaan-perusahaan teknologi raksasa tersebut untuk menonaktifkan fitur lalu lintas langsung, dengan alasan bahwa fitur tersebut dapat mengekspos pergerakan pasukan Hamas, sebuah kelompok yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Baca juga: Google Assistant Sahabat Baru Anda di Dunia Digital
Ini bukan pertama kalinya perusahaan teknologi bertindak seperti ini. Pada tahun 2022, Google juga menonaktifkan data lalu lintas langsung Maps di Ukraina di tengah invasi Rusia, demikian dikutip dari Gizmochina.
Perusahaan mengutip keamanan penduduk setempat sebagai alasan di balik keputusan tersebut, dan menambahkan bahwa mereka telah berkonsultasi dengan pihak berwenang Ukraina.
Namun, langkah Google dan Apple ini menimbulkan pertanyaan etis. Di satu sisi, menonaktifkan fitur lalu lintas langsung dapat melindungi nyawa dengan menghindari kebocoran informasi yang tidak disengaja.
Di sisi lain, beberapa pihak berpendapat bahwa hal ini membuat warga negara kehilangan informasi penting, sehingga membatasi kebebasan mereka untuk mengakses informasi terkini yang dapat menjadi sangat penting di daerah konflik.
Baca juga: Apa Itu Phishing Email Massal dan Bagaimana Cara Kerjanya
Meskipun pengguna masih dapat mengakses informasi rute dasar dan ETA, penghapusan data langsung mengubah lanskap layanan ini.
Apakah ini merupakan tindakan yang bertanggung jawab di wilayah yang bergejolak, atau berpotensi menjadi jalan licin menuju penyensoran dan penyebaran informasi yang selektif? [SeoTama]