Jakarta, (Seotama 26/5/2018) – Forum Tionghoa Nusantara (Fortin) di dalamnya ada aktivis-aktivis dari berbagai organisasi, lembaga, dan juga profesi. Masing-masing individu di dalamnya tidak terikat satu suara mengenai dukungan ke arah tokoh atau kelompok politik tertentu.
Karena itulah mereka terusik ketika mendengar ada komunitas mengatasnamakan masyarakat Tionghoa bernama Forum Aspirasi Rakyat membuat deklarasi #2019GantiPresiden di kawasan Gajah Mada, Jakarta Barat, Rabu (23/5).
Karena itulah mereka terusik ketika mendengar ada komunitas mengatasnamakan masyarakat Tionghoa bernama Forum Aspirasi Rakyat membuat deklarasi #2019GantiPresiden di kawasan Gajah Mada, Jakarta Barat, Rabu (23/5).
Ada kekhawatiran deklarasi semacam itu berpotensi merusak keharmonisan masyarakat Indonesia secara umum, dan terlebih membelah kerukunan antarwarga Tionghoa.
Berangkat dari situ Forum Tionghoa Nusantara (Fortin) merasa perlu membuat semacam klarifikasi, meluruskan pemahaman ditengah masyarakat, agar masyarakat luas tidak menaruh persepsi yang salah pada masyarakat Tionghoa.
Ali Sutra Koordinator Forum Tionghoa Nusantara (Fortin) menegaskan tidak boleh ada tokoh atau siapa pun mengaku tokoh lantas membangun opini politik dengan mengatasnamakan masyarakat Tionghoa. Setiap warga Tionghoa memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan aspirasi politik, tidak bisa didikte kelompok-kelompok tertentu.
Ali Sutra melihat kepentingan lebih besar, yakni bagaimana menjaga ketenangan dalam masyarakat.
“Setiap individu sebagai warga negara Indonesia yang sah, memiliki hak politik yang diatur oleh Undang-undang dan bebas memilih serta tidak pernah menitipkan hak politiknya kepada siapa pun,” tegasnya di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (26/5).
Sebelumnya berlokasi di kawasan Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, Rabu (23/5) sekelompok orang dalam komunitas menamakan diri Forum Aspirasi Rakyat (Format) mengenakan kaos bersablon ‘2014 Aku yang Memulai, Aku yang Mengakhiri’ dan #2019GantiPresiden.
Seorang dari mereka, Lieus Sungkharisma mengatakan, “Kita-kita ini memang 2014 adalah jurusan Pak Jokowi. Kita sepakat bahwa rasanya Pak Jokowi cukup satu periode saja. Jadi kita sama-sama teman-teman ini semua dan mungkin nanti kedepan kita akan terus berlanjut mendukung Gerakan #2019GantiPresiden.
Berangkat dari situ Forum Tionghoa Nusantara (Fortin) merasa perlu membuat semacam klarifikasi, meluruskan pemahaman ditengah masyarakat, agar masyarakat luas tidak menaruh persepsi yang salah pada masyarakat Tionghoa.
Ali Sutra Koordinator Forum Tionghoa Nusantara (Fortin) menegaskan tidak boleh ada tokoh atau siapa pun mengaku tokoh lantas membangun opini politik dengan mengatasnamakan masyarakat Tionghoa. Setiap warga Tionghoa memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan aspirasi politik, tidak bisa didikte kelompok-kelompok tertentu.
Ali Sutra melihat kepentingan lebih besar, yakni bagaimana menjaga ketenangan dalam masyarakat.
“Setiap individu sebagai warga negara Indonesia yang sah, memiliki hak politik yang diatur oleh Undang-undang dan bebas memilih serta tidak pernah menitipkan hak politiknya kepada siapa pun,” tegasnya di kawasan Menteng, Jakarta, Sabtu (26/5).
Sebelumnya berlokasi di kawasan Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat, Rabu (23/5) sekelompok orang dalam komunitas menamakan diri Forum Aspirasi Rakyat (Format) mengenakan kaos bersablon ‘2014 Aku yang Memulai, Aku yang Mengakhiri’ dan #2019GantiPresiden.
Seorang dari mereka, Lieus Sungkharisma mengatakan, “Kita-kita ini memang 2014 adalah jurusan Pak Jokowi. Kita sepakat bahwa rasanya Pak Jokowi cukup satu periode saja. Jadi kita sama-sama teman-teman ini semua dan mungkin nanti kedepan kita akan terus berlanjut mendukung Gerakan #2019GantiPresiden.
Karena Gerakan 2019 Ganti Presiden itu betul-betul menginsipirasi kita sebagai masyarakat Tionghoa untuk minta Pak Jokowi kamsia (terima kasih) deh, cukup sampai 2019 saja.”
Ali Sutra Koordinator Forum Tionghoa Nusantara (Fortin) melihat orang-orang dalam Forum Aspirasi Rakyat itu sebenarnya hanya menyalurkan kekecewaan pribadi yang entah apa latar belakangnya lantas membawa-bawa nama etnis Tionghoa secara keseluruhan.
Ia berharap masyarakat Indonesia secara umum memahami bahwa sikap politik masyarakat Tionghoa tidak tunggal, masing-masing pribadi bebas menyalurkan aspirasi politik.
Ali Sutra Koordinator Forum Tionghoa Nusantara (Fortin) melihat orang-orang dalam Forum Aspirasi Rakyat itu sebenarnya hanya menyalurkan kekecewaan pribadi yang entah apa latar belakangnya lantas membawa-bawa nama etnis Tionghoa secara keseluruhan.
Ia berharap masyarakat Indonesia secara umum memahami bahwa sikap politik masyarakat Tionghoa tidak tunggal, masing-masing pribadi bebas menyalurkan aspirasi politik.
Pada masyarakat Tionghoa, ia mengimbau tidak perlu resah dengan sikap yang ditunjukkan Forum Aspirasi Rakyat itu. Tidak ada keharusan bagi siapapun mengikuti ajakan politik yang tidak sesuai hati nurani. (AF)
Tags:
Berita