Pancasila |
Jakarta, 21/12 (Seotama) - Sepanjang 2017, suhu politik menghangat seiring dengan pelaksanaan pilkada serentak di sejumlah daerah dan juga beberapa isu di tingkat nasional.
Peningkatan suhu politik terasa juga ketika perbincangan di tengah masyarakat terkait pandangan dan dukungan politik terpolarisasi dan mendorong perbedaan pandangan yang tajam.
Aktivitas media sosial yang semakin intensif di kalangan masyarakat membuat perbedaan pandangan yang tajam itu semakin terasa ketika lini masa berbagai platform media sosial penuh dengan saling sindir dan ejek antarkelompok yang berbeda pandangan politik.
Kegelisahan atas perkembangan komunikasi politik antarmasyarakat juga dirasakan oleh pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI).
Saling ejek dan kecam antarkelompok masyarakat, bila dibiarkan bisa menjadi 'bom waktu' konflik horizontal yang bisa meledak kapan saja dengan dipicu isu atau permasalahan yang sepele.
Ketua MPR Zulkifli Hasan dalam sejumlah kesempatan menyampaikan keprihatinannya atas kecenderungan perbedaan pandangan yang memiliki ekses negatif berupa terbentuknya sekat-sekat dalam kelompok masyarakat.
MPR sendiri, sejak beberapa tahun terakhir memiliki program sosialisasi Pancasila, Undang-Undang dasar 1945, konsep Negara Kesatuan Republin Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika yang dikenal dengan sosialisasi empat pilar MPR.
Setelah berjalan beberapa periode, sosialisasi empat pilar MPR telah berkembang dari semula hanya berupa pertemuan tatap muka dan ceramah kepada anggota masyarakat tentang empat konsep tersebut menjadi berbagai kegiatan yang diharapkan menarik serta efektif dalam mensosialisasikan konsep itu.
Empat konsep tersebut bila dipahami dengan benar dan dijalankan dengan baik akan mengurangi potensi konflik dan perpecahan antarakelompok di masyarakat.
Perbedaan pandangan politik dan perbedaan dalam menyikapi isu seharusnya tidak menjadi alasan sesama warga masyarakat tidak mengambil jarak dan bahkan bermusuhan.
Ideologi Pancasila, dengan lima asas yang mendasari sendi-sendi kehidupan misalnya, justru akan menguatkan semangat persatuan, toleransi dan saling memahami.
Ketua MPR dalam berbagai kesempatan mengatakan Pancasila merupakan hal yang mempersatukan bukan justru menjadi alat untuk mengotak-kotakkan.
Zulikifli mengatakan,"Jangan malah Pancasila dikotak-kotakkan. Saya Pancasila yang lain tidak.Pancasila itu alat pemersatu".
Musyawarah terkikis Ia menjelaskan, dalam sebuah kesempatan, bahwa sekarang musyawarah sudah terkikis sehingga yang ada adalah menang-menangan. Menurut dia, hal ini jika dibiarkan maka akan sangat berbahaya dan mengancam keutuhan NKRI.
Ada lima hal saat ini berkembang dan menjadi masalah untuk segera diselesaikan.
Pertama, soal kemiskinan, masih banyaknya pengangguran mengakibatkan kemiskinan dimana-mana bahkan ada yang kemiskinan ekstrem.
Kedua, masalah kesenjangan. Baik itu kesenjangan antara kaya dengan miskin, maupun kesenjangan pembangunan antara Jawa dengan luar Jawa.
Selain kesenjangan juga ada masalah hukum dan korupsi yang masih terus terjadi dan mengakibatkan banyak hal menjadi terbengkalai.
Dan yang terakhir, masalah yang kini masih dihadapi adalah ketidakpercayaan.
"Dimana-mana saling tidak percaya. Saling melaporkan. Saling mengecam saling, menista di medsos dan sebagainya, " katanya.
NKRI, tambahnya, bisa pecah kalau perbedaan-perbedaan itu terus- -menerus dihembuskan. Karena itu Zulkifli mengingatkan semua pihak agar kembali kejati diri bangsa kepada nilai-nilai luhur berbangsa dan bernegara. Mendorong pemahaman Pancasila, salah satu upaya untuk mencegah eskalasi perbedaan pendapat yang menjurus pada konflik melalui upaya memberikan pemahaman tentang bagaimana bermasyarakat berdasarkan nilai Pancasila.
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan nilai-nilai Pancasila melandasi komitmen bangsa untuk memperkokoh persatuan. Hidayat mengatakan kekuatan Pancasila sebagai nilai yang dipahami oleh semua elemen bangsa menjadikan setiap perubahan yang terjadi tidak berakibat pada perpecahan bangsa.
"Kokohnya Indonesia meski ada reformasi atau gerakan perubahan karena kita memiliki Pancasila. Pancasila bisa mempersatukan bangsa karena ideologi ini kesepakatan bersama," katanya.
Hidayat Nur Wahid mengatakan nilai-nilai Pancasila disepakati dan diperjuangkan bersama oleh ulama, tokoh Islam dan juga elemen bangsa lainnya. Dengan nilai-nilai kebangsaan yang ada saat ini, Wakil Ketua MPR RI mengatakan agar kemudian diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan melaksanakan hal itu maka diharapkan Indonesia bisa menjadi bangsa yang unggul karena memiliki pijakan ideologi negara yang kuat. Namun tantangan untuk menyosialisasikan dan memberikan pemahaman tentang penggunaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari juga bukan hal yang mudah.
Bayang-bayang doktrinasi ideologi seperti pada masa Orde Baru lalu masih membuat banyak kalangan khawatir Pancasila justru digunakan untuk mengukuhkan kekuasaan bukan sebagai ideologi negara. Untuk menepis pandangan negatif itu, maka baik MPR maupun Unit Kerja Presiden untuk Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) merumuskan cara baru untuk memberikan pemahaman tentang Pancasila pada berbagai kalangan.
MPR misalnya memprakarsai jalur netizen dan menggiat video blogger (VLOG) untuk memviralkan konsep Pancasila dan konsep lainnya yang ada dalam empat pilar MPR.
Zulkifli Hasan mengatakan Netizen merupakan kelompok penekan yang paling kuat dalam membangun opini di era perkembangan teknologi media sosial sekarang ini.
Karena memiliki posisi kuat dalam membangun opini, maka netizen dapat turut membantu menyampaikan sekaligus menyebarkan pentingnya nilai-nilai ke-Indonesiaan, sebab netizen merupakan bagian yang dapat memengaruhi publik secara cepat.
"Dari pada medsos itu dipakai untuk hoax macam-macam, dengan diisi nilai-nilai ke-Indonesia-an kita itu akan menjadi produktif, bermanfaat bahkan menjadi alat ampuh edukasi terhadap publik, bahkan bisa menekan kalau ada pihak-pihak yang merugikan rakyat," kata dia.
Menurut Zulkifli, ada sejumlah masalah utama bangsa ini yang harus disikapi bersama, termasuk oleh para netizen sebagai kelompok penekan yang paling kuat.
Dengan upaya untuk memviralkan Pancasila, maka diharapkan sosialisasi dengan bahasa yang mudah dan sederhana bisa diterima oleh semua kalangan yang mengakses informasi melalui internet.
Tahun 2018 diperkirakan menjadi tahun ketika suhu politik akan lebih panas dibandingkan 2017. Setahun sebelum pemilu dan pilpres 2019 bisa jadi menjadi tahun yang penuh dengan isu politik dan perdebatan panjang tentang dukungan politik.
Namun yang penting diingat, tujuan berdemokrasi itu bukan hanya sekedar memilih pemimpin dan juga menghormati perbedaan pendapat, tapi juga ketika dipimpin oleh sosok yang tidak kita dukung, maka kritik untuk memperbaiki seharusnya yang dilontarkan, bukan kritik buta untuk sekedar menjelekkan semata. (S/An/Panca Hari Prabowo)
Peningkatan suhu politik terasa juga ketika perbincangan di tengah masyarakat terkait pandangan dan dukungan politik terpolarisasi dan mendorong perbedaan pandangan yang tajam.
Aktivitas media sosial yang semakin intensif di kalangan masyarakat membuat perbedaan pandangan yang tajam itu semakin terasa ketika lini masa berbagai platform media sosial penuh dengan saling sindir dan ejek antarkelompok yang berbeda pandangan politik.
Kegelisahan atas perkembangan komunikasi politik antarmasyarakat juga dirasakan oleh pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR RI).
Saling ejek dan kecam antarkelompok masyarakat, bila dibiarkan bisa menjadi 'bom waktu' konflik horizontal yang bisa meledak kapan saja dengan dipicu isu atau permasalahan yang sepele.
Ketua MPR Zulkifli Hasan dalam sejumlah kesempatan menyampaikan keprihatinannya atas kecenderungan perbedaan pandangan yang memiliki ekses negatif berupa terbentuknya sekat-sekat dalam kelompok masyarakat.
MPR sendiri, sejak beberapa tahun terakhir memiliki program sosialisasi Pancasila, Undang-Undang dasar 1945, konsep Negara Kesatuan Republin Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika yang dikenal dengan sosialisasi empat pilar MPR.
Setelah berjalan beberapa periode, sosialisasi empat pilar MPR telah berkembang dari semula hanya berupa pertemuan tatap muka dan ceramah kepada anggota masyarakat tentang empat konsep tersebut menjadi berbagai kegiatan yang diharapkan menarik serta efektif dalam mensosialisasikan konsep itu.
Empat konsep tersebut bila dipahami dengan benar dan dijalankan dengan baik akan mengurangi potensi konflik dan perpecahan antarakelompok di masyarakat.
Perbedaan pandangan politik dan perbedaan dalam menyikapi isu seharusnya tidak menjadi alasan sesama warga masyarakat tidak mengambil jarak dan bahkan bermusuhan.
Ideologi Pancasila, dengan lima asas yang mendasari sendi-sendi kehidupan misalnya, justru akan menguatkan semangat persatuan, toleransi dan saling memahami.
Ketua MPR dalam berbagai kesempatan mengatakan Pancasila merupakan hal yang mempersatukan bukan justru menjadi alat untuk mengotak-kotakkan.
Zulikifli mengatakan,"Jangan malah Pancasila dikotak-kotakkan. Saya Pancasila yang lain tidak.Pancasila itu alat pemersatu".
Musyawarah terkikis Ia menjelaskan, dalam sebuah kesempatan, bahwa sekarang musyawarah sudah terkikis sehingga yang ada adalah menang-menangan. Menurut dia, hal ini jika dibiarkan maka akan sangat berbahaya dan mengancam keutuhan NKRI.
Ada lima hal saat ini berkembang dan menjadi masalah untuk segera diselesaikan.
Pertama, soal kemiskinan, masih banyaknya pengangguran mengakibatkan kemiskinan dimana-mana bahkan ada yang kemiskinan ekstrem.
Kedua, masalah kesenjangan. Baik itu kesenjangan antara kaya dengan miskin, maupun kesenjangan pembangunan antara Jawa dengan luar Jawa.
Selain kesenjangan juga ada masalah hukum dan korupsi yang masih terus terjadi dan mengakibatkan banyak hal menjadi terbengkalai.
Dan yang terakhir, masalah yang kini masih dihadapi adalah ketidakpercayaan.
"Dimana-mana saling tidak percaya. Saling melaporkan. Saling mengecam saling, menista di medsos dan sebagainya, " katanya.
NKRI, tambahnya, bisa pecah kalau perbedaan-perbedaan itu terus- -menerus dihembuskan. Karena itu Zulkifli mengingatkan semua pihak agar kembali kejati diri bangsa kepada nilai-nilai luhur berbangsa dan bernegara. Mendorong pemahaman Pancasila, salah satu upaya untuk mencegah eskalasi perbedaan pendapat yang menjurus pada konflik melalui upaya memberikan pemahaman tentang bagaimana bermasyarakat berdasarkan nilai Pancasila.
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan nilai-nilai Pancasila melandasi komitmen bangsa untuk memperkokoh persatuan. Hidayat mengatakan kekuatan Pancasila sebagai nilai yang dipahami oleh semua elemen bangsa menjadikan setiap perubahan yang terjadi tidak berakibat pada perpecahan bangsa.
"Kokohnya Indonesia meski ada reformasi atau gerakan perubahan karena kita memiliki Pancasila. Pancasila bisa mempersatukan bangsa karena ideologi ini kesepakatan bersama," katanya.
Hidayat Nur Wahid mengatakan nilai-nilai Pancasila disepakati dan diperjuangkan bersama oleh ulama, tokoh Islam dan juga elemen bangsa lainnya. Dengan nilai-nilai kebangsaan yang ada saat ini, Wakil Ketua MPR RI mengatakan agar kemudian diejawantahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan melaksanakan hal itu maka diharapkan Indonesia bisa menjadi bangsa yang unggul karena memiliki pijakan ideologi negara yang kuat. Namun tantangan untuk menyosialisasikan dan memberikan pemahaman tentang penggunaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari juga bukan hal yang mudah.
Bayang-bayang doktrinasi ideologi seperti pada masa Orde Baru lalu masih membuat banyak kalangan khawatir Pancasila justru digunakan untuk mengukuhkan kekuasaan bukan sebagai ideologi negara. Untuk menepis pandangan negatif itu, maka baik MPR maupun Unit Kerja Presiden untuk Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) merumuskan cara baru untuk memberikan pemahaman tentang Pancasila pada berbagai kalangan.
MPR misalnya memprakarsai jalur netizen dan menggiat video blogger (VLOG) untuk memviralkan konsep Pancasila dan konsep lainnya yang ada dalam empat pilar MPR.
Zulkifli Hasan mengatakan Netizen merupakan kelompok penekan yang paling kuat dalam membangun opini di era perkembangan teknologi media sosial sekarang ini.
Karena memiliki posisi kuat dalam membangun opini, maka netizen dapat turut membantu menyampaikan sekaligus menyebarkan pentingnya nilai-nilai ke-Indonesiaan, sebab netizen merupakan bagian yang dapat memengaruhi publik secara cepat.
"Dari pada medsos itu dipakai untuk hoax macam-macam, dengan diisi nilai-nilai ke-Indonesia-an kita itu akan menjadi produktif, bermanfaat bahkan menjadi alat ampuh edukasi terhadap publik, bahkan bisa menekan kalau ada pihak-pihak yang merugikan rakyat," kata dia.
Menurut Zulkifli, ada sejumlah masalah utama bangsa ini yang harus disikapi bersama, termasuk oleh para netizen sebagai kelompok penekan yang paling kuat.
Dengan upaya untuk memviralkan Pancasila, maka diharapkan sosialisasi dengan bahasa yang mudah dan sederhana bisa diterima oleh semua kalangan yang mengakses informasi melalui internet.
Tahun 2018 diperkirakan menjadi tahun ketika suhu politik akan lebih panas dibandingkan 2017. Setahun sebelum pemilu dan pilpres 2019 bisa jadi menjadi tahun yang penuh dengan isu politik dan perdebatan panjang tentang dukungan politik.
Namun yang penting diingat, tujuan berdemokrasi itu bukan hanya sekedar memilih pemimpin dan juga menghormati perbedaan pendapat, tapi juga ketika dipimpin oleh sosok yang tidak kita dukung, maka kritik untuk memperbaiki seharusnya yang dilontarkan, bukan kritik buta untuk sekedar menjelekkan semata. (S/An/Panca Hari Prabowo)
Tags:
Sosial