Garuda Maintenance Tawarkan Saham 10 Miliar Lembar
Jakarta, (Tagar, 11/9/2017) - PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMF) menawarkan total saham sebanyak-banyaknya 10.890.068.700 lembar yang keseluruhannya merupakan saham baru dalam penawaran saham perdana (IPO).
Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto dalam konferensi pers paparan publik di Jakarta, Senin mengatakan Penawaran Umum Saham Perdana atau Initial Public Offering (IPO) yang akan dilakukan pada awal Oktober 2017.
Iwan mengatakan jumlah tersebut setara dengan 30 persen dari jumlah modal disetor perusahaan dan masa penawaran akan berlangsung dari 2 hingga 4 Oktober 2017.
"IPO ini merupakan yang terbesar dalam industri MRO di Asia semenjak 17 tahun terakhir," katanya.
Dia menuturkan IPO merupakan langkah strategis bagi GMF untuk mewujudkan visi menjadi Top 10 MRO in The World dengan pendapatan mencapai 1 miliar dolar AS di 2021 mendatang.
"Bersama manajemen yang kompeten dan teknisi yang andal, rekam jejak perusahaan, dan prospek usaha yang baik, kami yakin IPO GMF akan mendapat respons positif dari investor," katanya.
Iwan menambahkan bahwa IPO GMF ini dilakukan untuk pendanaan dalam rangka rencana besar ekspansi GMF kedepannya.
Dia menyebutkan sebesar 60 persen dana bersih dari hasil IPO ini akan digunakan oleh perseroan untuk belanja modal guna kebutuhan ekspansi, 25 persen untuk modal kerja perusahaan, dan 15 persen untuk "refinancing" (pelunasan utang).
Rencana ekspansi GMF akan berfokus pada peningkatan kapasitas dan kapabilitas dengan cara memperbarui teknologi dan skill sumber daya manusia sehingga GMF dapat menjadi Total Solutions Provider, memberikan layanan terintegrasi bagi pelanggan kami. Selanjutnya GMF akan melakukan pengembangan perusahaan dengan memperbesar pasar kami dan menambah footprint global kami, katanya.
Dalam aksi korporasi GMF ini, PT Mandiri Sekuritas, PT Bahana Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, dan PT BNI Securities bertindak sebagai Penjamin Pelaksana Emisi Saham Keempat penjamin pelaksana emisi usaha. tersebut memberikan kesanggupan penuh terhadap seluruh saham yang ditawarkan.
"Prospek Bisnis Industri MRO merupakan industri yang menarik dan relatif aman terhadap perubahan kondisi ekonomi, hal ini dikarenakan perawatan dan reparasi pesawat merupakan hal vital dan wajib dilakukan secara rutin oleh semua maskapai penerbangan diluar kompetisi pasar antar maskapai itu sendiri," katanya.
Sebagai bagian dari industri jasa dan peralatan, lanjut dia, bisnis MRO sendiri cukup menguntungkan dengan margin laba mencapai hingga dua digit, dan GMF sendiri mencatatkan pertumbuhan margin laba sebesar 15 persen pada 2016.
GMF, menurut dia, merupakan pemimpin pasar di Indonesia dan salah satu pemain utama di Asia.
Iwan menuturkan sesuai riset dari Canadian Association of Marketing Research Organizations (CAMRO), kawasan Asia Pasifik dan Timur Tengah diperhitungkan akan mengalami kenaikan jumlah armada pesawat dan pertumbuhan MRO tertinggi.
Sejalan dengan hal tersebut, GMF akan memfokuskan ekspansi global pada wilayah Timur Tengah, Asia Timur, dan Australia.
Sementara itu, Komisaris Utama GMF Helmi Imam Satriyono mengatakan bahwa dengan IPO, GMF akan menjadi perusahaan publik yang harus dapat menunjukkan kinerja positifnya kepada seluruh pemangku kepentingan dan shareholders.
"Penerapan 'good corporate governance' (tata kelola perusahaan) yang lebih baik guna memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan dan 'shareholders' saat ini mutlak diperlukan," tambah Helmi.
GMF memiliki catatan di tahun buku 2016, di antaranya Ebitda margin GMF sebesar 26 persen tercatat sebagai yang tertinggi di industri MRO.
Pertumbuhan pendapatan secara konsisten mencapai dua digit selama tiga tahun terakhir, dengan 27.18 persen pada 2016.
Pendapatan GMF pada 2016 adalah sebesar 389 juta dolar AS dengan laba bersih sebesar 57,7 juta dolar AS. (Ard)
Tags:
Bisnis