Seotama, (Anas Masa Palu, 12/04/2017) - Pengelola Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) Sulawesi mengaku hingga saat ini masih ada titik-titik perambahan hutan di kawasan Taman Nasional itu.
"Masih ada perambahan, tetapi sudah semakin berkurang," kata Kepala Balai Besar TNLL, Sudaryatna di Palu, Rabu.
Beliau tidak memaparkan lebih terperisni, kecuali mengatakan semakin menurunkan kasus-kasus perambahan, termasuk pencurian hasil-hasil hutan di dalam kawasan lindung menunjukan tingkat kesadaran masyarakat yang ada di sekitar kawasan semakin meningkat.
Dia mengaku kawasan Taman Nasional sangat rawan gangguan perambahan dan pencurian kayu atau illegal logging, rotan dan lainnya karena hampir sebagian besar desanya berdekatan langsung dengan hutan lindung.
Karena itu, sosialisasi sangat dibutuhkan dalam upaya memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat bahwa hutan lindung perlu dijaga dilestarikan dengan baik, bukan sebaliknya dirusaki.
Selain itu, tentu masyarakat juga mendapat penjelasan bahwa jika terbukti melalukan tindakan tidak terpuji misalkan menebang pohon, merambah untuk kebun dan mencuri fauna dan flora di dalam kawasan Taman Nasional akan dikenakan sanksi.
"Bisa saja mereka karena tidak mengetahui, mereka merambah atau mencuri hasil hutan di dalam kawasan," katanya.
Guna menyadarkan masyarakat, makanya, pihak pengelola Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah rutin melakukan sosialisasi, termasuk bersama pemerintah desa dan para tokoh adat setempat.
Sudaryatna mengatakan pihaknya terus mendorong penyelesaian kasus-kasus perambahan dan pencurian di dalam kawasan dengan pendekatan hukum adat.
Dan hal itu sudah beberapa kali dilakukan dalam sejumlah kasus perambahan dan penebangan pohon di kawasan TNLL baik di Kabupaten Sigi maupun Poso kawasan Indonesia bagian timur.
Kawasan TNLL yang memiliki luas sekittar 217.000 hektare terbagi dalam dua wilayah yakni sebagian berada di Kabupaten Poso dan sebagian lagi Kabupaten Sigi.
"TNLL harus dijaga dan dilestarikan karena merupakan paru-paru dunia, juga telah ditetapkan UNESCO sebagai cagar biosfir pada 1977 merupakan tempat kelangsungan hidup sebanyak 117 jenis mamalia, 29 reptilia, 14 jenis amfibia. (S/An)
"Masih ada perambahan, tetapi sudah semakin berkurang," kata Kepala Balai Besar TNLL, Sudaryatna di Palu, Rabu.
Beliau tidak memaparkan lebih terperisni, kecuali mengatakan semakin menurunkan kasus-kasus perambahan, termasuk pencurian hasil-hasil hutan di dalam kawasan lindung menunjukan tingkat kesadaran masyarakat yang ada di sekitar kawasan semakin meningkat.
Dia mengaku kawasan Taman Nasional sangat rawan gangguan perambahan dan pencurian kayu atau illegal logging, rotan dan lainnya karena hampir sebagian besar desanya berdekatan langsung dengan hutan lindung.
Karena itu, sosialisasi sangat dibutuhkan dalam upaya memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat bahwa hutan lindung perlu dijaga dilestarikan dengan baik, bukan sebaliknya dirusaki.
Selain itu, tentu masyarakat juga mendapat penjelasan bahwa jika terbukti melalukan tindakan tidak terpuji misalkan menebang pohon, merambah untuk kebun dan mencuri fauna dan flora di dalam kawasan Taman Nasional akan dikenakan sanksi.
"Bisa saja mereka karena tidak mengetahui, mereka merambah atau mencuri hasil hutan di dalam kawasan," katanya.
Guna menyadarkan masyarakat, makanya, pihak pengelola Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah rutin melakukan sosialisasi, termasuk bersama pemerintah desa dan para tokoh adat setempat.
Sudaryatna mengatakan pihaknya terus mendorong penyelesaian kasus-kasus perambahan dan pencurian di dalam kawasan dengan pendekatan hukum adat.
Dan hal itu sudah beberapa kali dilakukan dalam sejumlah kasus perambahan dan penebangan pohon di kawasan TNLL baik di Kabupaten Sigi maupun Poso kawasan Indonesia bagian timur.
Kawasan TNLL yang memiliki luas sekittar 217.000 hektare terbagi dalam dua wilayah yakni sebagian berada di Kabupaten Poso dan sebagian lagi Kabupaten Sigi.
"TNLL harus dijaga dan dilestarikan karena merupakan paru-paru dunia, juga telah ditetapkan UNESCO sebagai cagar biosfir pada 1977 merupakan tempat kelangsungan hidup sebanyak 117 jenis mamalia, 29 reptilia, 14 jenis amfibia. (S/An)
Foto, Twitter, Taman Nasional Lore Lindu
Tags:
Sosial