Kelapa sawit atau yang dikenal dengan nama latin elaeis ini merupakan komoditas paling dicari dan terbesar di Indonesia. Komoditas ini merupakan penghasil minyak goreng, minyak industri hingga bahan bakar biodiesel. Sebagai penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia, Indonesia memiliki banyak kebun kelapa sawit tersebar di daerah Sumatra, Jawa, Kalimanta, Sulawesi dan Aceh. Tumbuhan ini memiliki rata-rata ketinggian 24 meter dan buahnya kecil berwarna merah kehitaman. Daging serta kulit dari buah sawit mengandung minyak yang berguna untuk bahan alat kosmetik serta pengganti bahan bakar fosil.
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak bagi sebagian orang awam mungkin jarang diketahui, berikut ini beberapa proses pengolahan minyak kelapa sawit dari awal hingga jadi minyak ditulis oleh ahlinya dari SoilIndo, perusahan replanting dan perkerasan jalan tanah pada berbagai perkebunan sawit di berbagagai daerah Indonesia.
• Shorting Process
Sebelum kelapa sawit diproses lebih lanjut, harus dilakukan penyortiran untuk memilih buah sawit mana yang berkualitas dan yang tidak. Berbagai kriteria harus diterapkan agar bisa memperoleh buah yang benar-benar telah matang dan siap untuk diproses berikutnya. Kegiatan ini merupakan fungsi kontrol terhadap panen di afdelling untuk memeriksa mutu buah sawit. Proses sortir dilakukan setelah kelapa sawit melalui jembatan timbang untuk diketahui total hasil dalam hitungan berat. Pemilihan yang baik dilakukan pada loading ramp sebagai tempat pembongkaran bahan baku kelapa sawit yang diterima pabrik. Proses kerja ini dilakukan dengan menghilangkan tandan buah sawit agar bersih dari kotoran.
• Sterilizing Process
Selanjutnya kelapa sawit harus melalui proses perebusan dengan tekanan suhu tinggi. Proses ini mirip dengan penggunaan kompor uap. Manfaatnya agar bisa menurunkan tingkat keasaman lemak bebas dan mengurangi kadar air sehingga memudahkan proses pembrodolan pada thresher dan melembutkan daging.
Daging yang lembut akan memudahkan pemisahan antara biji dan buah sawit. Secara teknis, sterilisasi ini dilakukan perlakuan berupa pemberian steam atau uap air pada tandan alat sterilizer yang berupa autoclave besar. Tujuan proses ini diuraikan sebagai berikut.
Tahap sterilisasi ini dalam pengolahan minyak kelapa sawit secara teknis dilakukan dengan memberikan steam/ uap air pada tandan dalam suatu alat sterilizer berupa autoclave besar. Tujuan sterilisasi dalam pengolahan atau pembuatan minyak tersebut adalah
1) Melakukan pemecahan dan perusakan enzim lipolitik sehingga perkembangan asam lemak bebas bisa dicegah.
2) Semakin mempermudah pelepasan buah dari tandannya
3) Menjadikan buah kelapa sawit menjadi lebih lunak
4) Terjadinya koagulasi gum atau emulsifier sehingga semakin mempermudah pengambilan minyak
Lima distribusi waktu yang harus dilalui untuk proses sterilisasi diantaranya adalah:
1. Mengeluarkan udara dari dalam ruangan
2. Waktu mencapai tekanan
3. Waktu sterilisasi untuk tandan
4. Pengeluaran uap air
5. Pembongkaran, penurunan dan reloading.
Perhitungan waktu harus dilakukan dengan tepat, jika terlalu lama maka minyak bisa hilang 3% dan kernel berwarna kehitaman atau gelap. Apabila waktu pengolahan sterilisasi terlalu cepat maka buah akan sulit lepas dari tandan pada proses threshing.
• Threser Process
Thresing ditujukan untuk memisahkan buah sawit dari tandannya menggunakan mesin penebah. Penggunaan tangan manusia tidak akan cukup dan tidak efisien. Para proses ini alat yang digunakan disebut stripper atau pemipil. Fungsinya untuk melepaskan buah dari tandan dengan membanting tandan. Sehingga kadangkala disebut dengan proses bantingan atau pengolahan bantingan. Sedangkan rangkaian perlengkapan ini disebut juga dengan stasiun bantingan.
Tujuan dari thressing atau batingan ini adalah :
a. Melepaskan buah kelapa sawit dari tandannya. Hasil pipilan dikenal dengan sebutan brondolan
b. Agar minyak hasil ekstraksi tidak terserap lagi oleh tandan sehingga tidak menurunkan efisiensi pengolahan
c. Agar tandan tidak mempengaruhi volume bahan pada saat pengolahan lanjutan.
Proses stripping harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan kapasitasnya agar tidak terlalu banyak. Jika terlalu banyak maka tandan bisa jadi tidak bersih dan masih banyak yang tertinggal.
• Pressing Process atau Ekstraksi
Tahap keempat ini merupakan pressing atau penekanan dimana minyak akan diperas dari buah kelapa dengan mengempaan serta pelumutan. Proses ini harus dilakukan sangat hati-hati karena jika tidak minyak yang dihasilkan tidak akan berkualitas baik.
Proses lanjutan dari pengolahan minyak kelapa sawit adalah ekstraksi. Tahap ini, brondolan akan tercacah dan keluar dari bagian bawah digester berupa bubur. Hasil cacahan dikempa dalam alat pengempa di bawah digester. Biasanya alat pengempa yang digunakan oleh perusahaan sawit adalah screw press. Putaran crew akan mendorong bubur buah masuk ke arah sliding cone dengan posisi yang berlawanan. Lalu minyak keluar dari bubur buah dan melewati press cage.
Pertanda pengempaan dengan screw press berlangsung dengan baik adalah :
a. Alat ini bekerja dengan tekanan tinggi, tekanan ini didapat dari putara uliran atau screw
b. Membentuk screw atau helix yang berputar di dalam wadah
c. Tekanan press cake akan semakin besar karena jarak antar uliran dengan dinding menyempit
d. Jika tekanan terlalu besar bisa mengakibatkan nut pecah
e. Proses ini cocok bagi kelapa sawit yang prosentase nut nya kecil dan prosentasi serabut sekitar 20%
f. Clarification (Penjernihan)
Selanjutnya proses pengempaan minyak dari buah kelapa sawit, sehingga memperoleh minyak kasar atau yang dinamakan CPO (Crude Palm Oil) dan endapannya. Lalu disempurnakan dengan proses fraksinasi serta penyaringan. Proses penyaringan ini juga bisa menghilangkan bau minyak kelapa sawit yang tidak sedap.
Tindakan ini juga dikenal dengan istilah pemurnian minyak, tujuannya agar menjernihkan minyak sehingga diperoleh minyak dengan mutu sebaik mungkin dan memiliki harga tinggi. Tahapannya berupa pengendapan, sentrigasi serta pemurnian.
Pada saat penjernihan, minyak kasar campuran dari digesti serta pengempaan ini dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen) agar bisa disaring sehingga kotoran seperti serabut bisa dipisahkan. Lalu minya ditampung pada tangki penampung minyak kasar (crude oil tank atau COT), kemudian dipanaskan pada suhu mencapai temperatur 95 – 100 ºC agar memperbesar perbedaan berat jenis antara minyak, air serta sludge. Hal ini akan sangat membantu pada proses pengendapan nantinya. Lalu minyak yang berasal dari COT tadi dialirkan pada tangki pengendap (continous settling tank/ clarifier tank). Pada tangki tersebut crued oil terpisah jadi minyak serta sluge atau lumpur sisa teknik pengendapan tadi. Selanjutnya sludge juga masih bisa diambil minyaknya dengan teknik pengolahan minyak kelapa sawit sentrifugasi (centrifuge) atau pemusingan.
Hingga terakhir dilakukan tahap pemurnian kompleks dengan mengalirkan pada oil purifer untuk memisahkan kotoran/solid yang mengandung kadar air dan dilanjutkan pada vacum drier hingga air terpisah pada batas standard. Dilanjutkan lagi melalui salvo balance hingga dipompa ke tangki timbun (Oil Storage Tank).
Di sisi lain juga ada proses pengolahan inti sawit dengan memasukkan ampas kempa yang ada biji dan serabutnya pada depericaper melalui cake broke conveyor yang telah dipanaskan dengan uap air agar kandungan air diperkecil dan Press cagek bisa terurai sehingga mudah dipisahkan. Proses pemisahan fibre dan biji bisa dilakukan pada depericaper dengan bantuan gaya berat dan gaya isap blower. Biji yang tertampung pada nut silo akan dialiri panas 60 – 80°C selama 18- 24 jam agar kadar air turun dari sekitar 21 % menjadi 4 %. Hingga benar-benar kering dan siap diangkut ke truk untuk dibawa ke pabrik selanjutnya.
Tags:
Bisnis